Mutiara Hikmah

icon

icon

Jumat, 17 Mei 2013

IMAM AL GHAZALI


BIOGRAFI IMAM AL GHAZALI

“Siapa yang tak kenal dengan nama Imam Al Ghazali, yang namanya sudah mengudara dan terang benderang meng-udara dilangit bagai bintang gejora yang menerangi malam gelap gulita, jasanya kepada agama islam tak akan padam karena sinaran karyanya yang sudah menyebar menerangi seluruh alam”
a.         Kelahiran Imam Al Ghazali
Imam Al Ghazali nama lengkap beliau adalah Abu Hamid Muhammad Ibnu Muhammad Al Ghazali At-Thusi, yang terkenal dengan hujjatul Islam (argumentator islam), beliau sangat di hormati dan di segani oleh para ulama’ dan umat islam pada zamannya hingga sekarang, hal ini dikarenakan jasa beliau yang sangat besar terhadap islam, melalui dengan dakwah dan karyanya yang menyebar keseluruh penjuru dunia termasuk di indonesia. Beliau lahir pada tahun 450 H, di Ghazalah suatu kota kecil yang terlelak di Thus wilayah Khurasah yang waktu itu merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan didunia islam.[1]
Keluarga Imam Al Ghazali sangat sederhana, ayahnya adalah seorang pengrajin wol sekaligus sebagai pedagang hasil tenunannya, dan taat beragama, mempunyai semangat keagamaan yang tinggi, seperti terlihat pada ketertarikannya kepada ‘ulama dan mengharapkan anaknya menjadi ‘ulama yang selalu memberi nasehat kepada umat. Itulah sebabnya, ayahnya sebelum wafat menitipkan anaknya (Imam Al Ghazali) dan saudarnya (Ahmad), ketika itu masih kecil dititipkan pada teman ayahnya, seorang ahli tasawuf untuk mendapatkan bimbingan dan didikan.[2] Meskipun dilahirkan dikalangan keluarga yang sederhana, hal ini tidak menjadikan beliau malas namun justru menjadi penyemangat beliau dalam menuntut ilmu pengetahuan, sehingga kita dapat mempelajari karya-karyanya yang sangat banyak dalam hal keislaman dan ilmu lainnya.

b.        Pendidikan dan Perjalanan Mencari Ilmu
Perjalanan Imam Al Ghazali dalam memulai pendidikannya di daerah kelahirannya. Kepada ayahnya beliau belajar Al-Qur’an dan dasar-dasar ilmu keagamaan yang lain, di lanjutkan di Thus dengan mempelajari dasar-dasar pengetahuan. Setelah beliau belajar pada teman ayahnya (seorang ahli tasawuf), ketika beliau tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan keduanya, beliau mengajarkan mereka masuk ke sekolah untuk memperoleh selain ilmu pengetahuan. Beliau mempelajari pokok islam (Al-Qur’an dan Sunnah nabi). Diantara kitab-kitab hadits yang beliau pelajari, antara lain:
Ø  Shahih Bukhori, beliau belajar dari Abu Sahl Muhammad bin Abdullah Al Hafshi.
Ø  Sunan Abi Daud, beliau belajar dari Al Hakim Abu Al Fath Al Hakimi.
Ø  Maulid An Nabi, beliau belajar pada dari Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al Khawani.
Ø  Shahih Al Bukhari dan Shahih Al Muslim, beliau belajar dari Abu Al Fatyan ‘Umar Al Ru’asai.
Begitu pula diantarnya bidang-bidang ilmu yang di kuasai Imam Al Ghazli (ushul al din) ushul fiqh, mantiq, filsafat, dan tasawuf. Santunan kehidupan sebagaimana lazimnya waktu beliau untuk belajar fiqh pada imam Kharamain, beliau dalam belajar bersungguh-sungguh sampai mahir dalam madzhab, khilaf (perbedaan pendapat), perdebatan, mantik, membaca hikmah, dan falsafah, imam Kharamain menyikapinya sebagai lautan yang luas.[3]
Setelah imam kharamain wafat kemudian beliau pergi ke Baghdad dan mengajar di Nizhamiyah. Beliau mengarang tentang madzhab kitab al-basith, al-wasith, al-wajiz, dan al-khulashoh. Dalam ushul fiqih beliau mengarang kitab al-mustasyfa, kitab al-mankhul, bidayatul hidayah, al-ma’lud filkhilafiyah, syifaal alil fi bayani masa ilit dan kitab-kitab lain dalam berbagai bidang.[4] Imam Al Ghazali juga belajar fiqih dan ilmu-ilmu dasar yang lain dari Syaikh Ahmad Al-Radzaski di Thus, dan dari Abu Nasral Ismailli di Jurjan. Setelah imam Al Ghazali kembali ke Thus, dan selama 3 tahun di tempat kelahirannya, beliau mengaji ulang pelajaran di Jurjan sambil belajar tasawuf kepada Yusuf Al Nassaj (w-487 H). pada tahun itu imam Al Ghazali berkenalan dengan al-Juwaini dan memperoleh ilmu kalam dan mantiq. Menurut Abdul Ghofur Ismail Al-Farisi, Imam Al-Ghozali menjadi pembahas paling pintar di zamanya. Imam Haramain merasa bangga dengan prestasi muridnya. Walaupun kemashuran telah diraih imam Al Ghazali beliau tetap setia terhadap gurunya sampai dengan wafatnya pada tahun 478 H.
Pada tahun 488 H (kala itu beliau menjabat sebagai guru besar di madrasah nidzhamiyah), Imam Al Ghazali dilanda keraguan (skeptis) terhadap ilmu-ilmu yang dipelajarinya (hukum teologi dan filsafat). Keraguan pekerjaannya dan karya-karya yang dihasilkannya, sehingga beliau menderita penyakit selama dua bulan dan sulit diobati. Karena itu, Imam Al Ghazali tidak dapat menjalankan tugasnya sebagai guru besar di madrasah nidzhamiyah, yang akhirnya beliau meninggalkan Baghdad menuju kota Damaskus, selama kira-kira dua tahun imam Al Ghazali di kota Damaskus beliau melakukan uzlah, riyadah, dan mujahadah. Kemudian beliau pihdah ke Bait al Maqdis Palestina untuk melakukan ibadah serupa. Setelah itu tergerak hatinya untuk menunaikan ibadah haji dan berziarah maqbarah Rasulullah Saw. Sepulang dari tanah suci, Imam Al Ghazali mengunjungi kota kelahirannya di Thus, disinilah beliau tetap berkhalwat dalam keadaan skeptis sampai berlangsung selama 10 tahun. Pada periode itulah beliau menulis karyanya yang terkenal dan fenomenal ”Ihya’ ’Ulum al-Din”(menghidupkan kembali ilmu agama).[5] Kemudian dikota inilah (Thus) beliau wafat pada tahun 505 H. Abul Fajar Al-Jauzi dalam kitabnya al asabat ‘inda amanat mengatakan; Ahmad saudaranya imam al Ghazali berkata pada waktu shubuh, “Abu Hamid berwudhu dan melakukan sholat, kemudian beliau berkata: Ambillah kain kafan untukku kemudian ia mengambil dan menciumnya lalu meletakkan diatas kedua matanya, beliau berkata ”Aku mendengar dan taat untuk menemui Al Malik kemudian menjulurkan kakinya dan menghadap kiblat”. Imam Al Ghazali yang bergelar hujjatul islam itu meninggal dunia menjelang matahari terbit di kota kelahirannya (Thus) pada hari senin 14 Jumadil Akir 505 H. Imam Al Ghazali dimakamkan di Zhahir al Tabiran, ibukota Thus.[6]

c.         Pujian dan kritikan ulama’ kepada Imam Al Ghazali.
Imam Al Ghazali adalah sosok yang sangat spesial dan terkenal dengan kecerdasannya dalam menguasai berbagai ilmu, sehingga banyak kalangan ulama’ yang memuji kacemerlangan beliau dalam berfikir dan memahami ilmu-ilmu yang sangat luas. Diantaranya pujian itu berasal dari para pengagumnya dari kalangan ulama terdahulu seperti Ibn Hajar, Ibn Katsir, Imam Muhammad ibn Yahya dan lain-lain. Dari kalangan ulama kontemporer, Abul Hasan Ali Al-Nadawi, seorang ulama besar asal India mengatakan, "Al Ghazali adalah seorang pemikir yang cemerlang, cendekiawan yang agung serta tokoh reformasi yang telah berusaha membangun kembali konstruksi baru bidang pemikiran dalam dunia Islam". Dan juga ulama dan intelektual kontemporer sebagai pengagum Al Ghazali, antara lain adalah Mushtafa Al-Maraghi (mantan Syaikh Al-Azhar), Abul A'la Al-Maududi dan Ahmad Fuad Ahwani.
Namun dari sekian banyak pengagum dan pembela Imam Al Ghazali, tidak sedikit pula pengkritik dan pengecamnya dari dulu hingga sekarang. Yang sangat keras mengecam Al Ghazali dari kalangan ulama dahulu antara lain Abu Bakar Al-Maliki, Ibn Shalah, dan Ibnul Jauzi. Adapun dari kalangan intelektual kontemporer yang sangat keras mengecam beliau adalah dari kelompok rasionalis Islam, kaum Mu'tazilah dan terutama dari para ahli filsafat Islam. Dalam pandangan mereka, Al Ghazali telah melakukan kesalahan besar terhadap perjalanan sejarah Islam karena dalam memberikan solusi terhadap problematika umat, lebih cenderung mengajak mereka untuk memasuki jalan tasawuf yang mengabaikan kehidupan dunia dan menghambat kemajuan masyarakat karena tenggelam dalam mencari kebahagiaan yang bersifat pribadi dan individualistis. Lebih dari itu, ahli filsafat Islam berpendapat bahwa pemikiran Al Ghazali menjadi starting point dari pada kemunduran peradaban Islam. Yaitu berawal dari diluncurkannya suatu karyanya yang spektakuler pada abad XIV Masehi yang berjudul Tahafut al-Falasifah. Karya ini dianggap tidak hanya menghancurkan filsafat metafisika, akan tetapi juga turut andil melemahkan umat Islam dalam mengadakan riset dan penemuan baru di bidang natural science atau ilmu pengetahuan alam. Sehingga umat islam kurang berpengaruh dalam rangka perkembangan baik riset, teknologi, natural science dan ilmu pengetahuan alam.
d.        Karya-karya Imam Al Ghazali
Imam Al Ghozali termasuk penulis yang sangat produktif dan menghasilkan banyak karya, karya-karya beliau diperkirakan mencapai 300-an kitab, diantara beberapa karyanya adalah :
1. Maqhasid al falasifah (tujuan para filusuf), sebagai karangan yang pertama dan berisi masalah-masalah filsafah.
2. Tahaful al falasifah (kekacauan pikiran para filusifi) buku ini dikarang sewaktu berada di Baghdad di kala jiwanya di landa keragu-raguan. Dalam buku ini Al Ghazali mengancam filsafat dan para filusuf dengan keras.
3. Miyar al ‘ilmi/miyar almi (kriteria ilmu-ilmu).
4. Ihya’ ulumuddin (menghidupkan kembali ilmu-ilmu agama). Kitab ini merupakan karyanya yang terbesar selama beberapa tahun ,dalam keadaan berpindah-pindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, Dan Thus yang berisi panduan fiqih, tasawuf dan filsafat.
5. Al munqiz min al dhalal (penyelamat dari kesesatan) kitab ini merupakan sejarah perkembangan alam pikiran Al Ghazali sendiri dan merefleksikan sikapnya terhadap beberapa macam ilmu serta jalan mencapai tuhan.
6. Al-ma’arif al-aqliyah (pengetahuan yang nasional)
7. Miskyat al anwar (lampu yang bersinar), kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan tasawuf.
8. Minhaj al abidin (jalan mengabdikan diri terhadap tuhan).
9. Al iqtishad fi al i’tiqod (moderisasi dalam aqidah).
10. Ayyuha al walad.
11. Al musytasyfa
12. Ilham al –awwam an ‘ilmal kalam.
13. Mizan al amal.
14. Akhlak al abros wa annajah min al asyhar (akhlak orang-orang baik dan kesalamatan dari kejahatan).
15. Assrar ilmu addin (rahasia ilmu agama).
16. Al washit (yang pertengahan) .
17. Al wajiz (yang ringkas).
18. Az-zariyah ilaa’ makarim asy syahi’ah (jalan menuju syariat yang mulia)
19. Al hibr al masbuq fi nashihoh al mutuk (barang logam mulia uraian tentang nasehat kepada para raja).
20. Al mankhul minta’liqoh al ushul (pilihan yang tersaing dari noda-noda ushul fiqih).
21. Syifa al qolil fibayan alsyaban wa al mukhil wa masalik at ta’wil (obat orang dengki penjelasan tentang hal-hal samar serta cara-cara penglihatan).
22. Tarbiyatul aulad fi islam (pendidikan anak di dalam islam)
23. Tahzib al ushul (elaborasi terhadap ilmu ushul fiqiha).
24. Al ikhtishos fi al ‘itishod (kesederhanaan dalam beri’tiqod).
25. Yaaqut at ta’wil (permata ta’wil dalam menafsirkan al qur’an), dan lain-lain.

            Demikianlah sekilas pembahasan tentang biografi Imam Al Ghazali, walaupun beliau memiliki beberapa kekurangan dan juga mendapatkan beberapa kritikan dari para ulama’ salaf dan khalaf, tapi kita tidak bisa memungkiri bahwa beliau juga mempunyai andil yang sangat besar dalam mengembangkan dakwah islam, dan juga karya beliau yang telah tersebar di seluruh penjuru dunia telah banyak meng-inspirasi umat dalam membangun peradaban khususnya peradaban dunia islam. Wallahhu A’lam Bishshawab.


[1] Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam,  Jakarta : Van Hoeve Letiar Baru, 1997 , Hal:25
[2] Imam Al Ghazali, Pembuka Pintu Hati,  Bandung : MQ Publishing, 2004, Hal. 4
[3] Hima wijaya, Mengenal Al Ghazali Keraguan Adalah Awal Keyakinan, Bandung: Mizan Media Utama MMU, 2004 ,Hal: 15
[4] Hudari Bik, Tarikh Al Tasri Al Islam, Semarang : Darul Ihya, 1980 , terj. Zuhri, Hal: 570
[5] Ibid, Hal: 19
[6] Imam Al Ghazali, Pembuka Pintu Hati, Semarang : Darul Ihya, 1980, Hal. 266

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text