Mutiara Hikmah

icon

icon

Minggu, 22 Januari 2012

KISAH NABI NUH "ALAIHISSALAM


, Rasul Pertama



Nabi Nuh ‘Alaihissalam, Rasul Pertama

Dia termasuk kategori ulul azmi (menghadang tantangan berat) dari kalangan para Rasul. Allah memujinya sebagai hamba yang banyak bersyukur. Yaitu syukur yang benar-benar dengan pembuktian baik yang muncul dari hati, perkataan, dan perbuatan.

Nabi Nuh ‘alaihissalam senantiasa memuji Allah, baik dalam keadaan makan, minum, berpakaian dan segala urusannya. Dia begitu tegar dalam mendakwahi kaumnya sekalipun memakan waktu 950 tahun.
KELAHIRAN DAN SILSILAH BELIAU

Nabi Nuh ‘alaihissalam lahir setelah wafatnya Nabi Adam ‘alaihissalam. Jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh ‘alaihissalam sepuluh qurun, sebagaimana dalam suatu riwayat yang shahih bahwa Abu Salam berkata, “Saya mendengar Abu Umamah radhiallahu’anhu berkata,

‘Sesungguhnya ada seorang laki-laki bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah Adam itu seorang nabi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, dia seorang nabi yang diajak bicara oleh Allah.’ Kemudian laki-laki tadi berkata lagi, ‘Berapa jarak antara Nabi Adam dan Nabi Nuh?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Sepuluh qurun.’ Laki-laki tadi bertanya lagi, ‘Ya Rasulullah! Berapa jumlah para rasul?’ Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Tiga ratus lima belas.’ (HR. Ibnu Hibban, 14:69, Silsilah Shahihah, 6:167)

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu berkata, “Jarak antara Nabi Adam dan Nuh adalah sepuluh qurun, semuanya di atas Islam.” (Jami’ul Bayan, 2:194 dengan isnad ala syarthi Bukhari)

Terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama tentang lafazh 10 qurun. Ada yang mengartikan 10 generasi dan sebagian yang lain mengartikan 10 abad. Bila bermakna sepuluh generasi, tentu waktunya beribu-ribu tahun, mengingat umur Nabi Nuh ‘alaihissalam saja 1780 tahun. Dan bila ditinjau dari silsilahnya, Nabi Nuh ‘alaihissalam berada pada keturunan yang kesembilan dari Nabi Adam. Jadi bisa dihitung, berapa tahun jika tiap-tiap keturunan tersebut mempunyai umur yang sama dengan Nabi Nuh ‘alaihissalam.

Dan jika bermakna 10 abad, maka artinya 1000 tahun, tetapi hal ini tidak menghalangi lebih dari itu, karena perkataan Ibnu Abbas memerikan pembatas bahwa mereka yang hidup dalam 10 abad itu di atas Islam alias sama sekali tidak terjadi kekufuran. Bisa jadi setelah 10 abad itu ada generasi-generasi yang hidup bertahun-tahun tetapi mereka tenggelam dalam kekufuran dan kemusyirikan, wallahu a’lam.
RASUL PERTAMA

Nabi Nuh ‘alaihissalam adalah rasul pertama yang Allah utus untuk seluruh penduduk bumi. Sebagaimana diriwayatkan Imam Bukhari dalam hadis syafaat bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Maka manusia berdatangan kepada Nabi Nuh, mereka berkata, ‘Wahai Nuh! Engkau adalah rasul yang pertama untuk seluruh penduduk bumi. Dan Allah menamaimu seorang hamba yang banyak bersyukur. Tidakkah engkau lihat apa yang terjadi pada diri kami sekarang ini, mintakanlah syafaat untuk kami kepada Rabbmu!’”
KEADAAN KAUM NABI NUH ‘ALAIHISSALAM

Nabi Nuh ‘alahissalam adalah rasul yang pertama dalam menghadapi kekufuran yang ada di bumi. Waktu dia diutus, di atas bumi terjadi dosa yang terbesar yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Manusia saat itu menyimpang dari mentauhidkan Allah Ta’ala. Mereka banyak yang beribadah kepada patung dan berhala. Setan telah melalaikan mereka dari beribadah kepada Allah semata. Mereka betul-betul dalam kesesatan yang nyata. Maka Allah mengutus Nabi Nuh ‘alaihissalam sebagai wujud sifat sayang-Nya kepada hamba-Nya.
DAKWAH NABI NUH ‘ALAIHISSALAM

Nabi Nuh ‘alaihissalam mengajak kaumnya untuk beribadah kepada Allah semata. Dia memerintahkan agar mereka meninggalkan menyembah berhala dan patung. Hendaklah mereka menegerti bahwa tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah Ta’ala semata.

فَقَالَ يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلاَهٍ غَيْرُهُ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

“…Nuh berkata, ‘Wahai kaumku sembahlah Allah. Tidak ada bagi kalian sesembahan selain-Nya. Sesungguhnya aku takut akan menimpa kalian adzab di hari yang agung’.” (QS. Al-A’raf: 59)

Nabi Nuh mendakwahi kaumnya dengan berbagai cara. Dia berkeinginan kuat agar sekiranya kaumnya mendapat petunjuk. Kadang kala di waktu siang, malam hari, dengan sembuyi-sembunyi dan terang-terangan, dengan memberikan harapan dan juga menakut-nakuti.

Namun semua tidak digubris oleh kaumnya. Mereka justru bertambah sesat dan melampaui batas. Mereka justru mencela Nabi Nuh ‘alaihissalam dengan hujatan-hujatan yang menyakitkan. Mereka mengatakan kepada Nabi Nuh ‘alaihissalam, “Kamu pendusta, orang gila, orang jembel, pengikutmu tidak lain hanyalah kaum rendahan, yang mereka lemah berpikirnya.” Mereka menutup telinga agar tidak mendengar nasihat Nabi Nuh ‘alaihissalam. Mereka menutupkan pakaian mereka, untuk tidak melihatnya sebagai rasa risih dan benci kepadanya. Mereka juga menantang Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk mendatangkan adzab dan mengancam Nabi Nuh ‘alaihissalam untuk dibunuh jika ia tidak berhenti berdakwah.

Begitulah derita Nabi Nuh ‘alaihissalam dalam berdakwah. Dia menghadapi tantangan dari kaumnya baik dari segi mental dan fisik. Walaupun demikian, Nabi Nuh ‘alaihissalam tetap bersabar mendakwahi kaumnya. Dia mendakwahi kaumnya selama 950 tahun, sebagaimana Allah ceritakan,

وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلاَّ خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ الطُّوفَانُ وَهُمْ ظَالِمُونَ

“Dan sungguh telah Kami utus Nuh kepada kaumnya. Dia berdakwah pada kaumnya selama 950 tahun. Maka menimpa pada kaumnya banjir besar karena mereka telah berbuat zholim.” (QS. Al-Ankabut: 14)
PENYEBAB KEMUSYRIKAN KAUM NABI NUH ‘AIAIHISSALAM

Sesungguhnya awal mula kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam beribadah kepada patung itu adalah disebabkan sikap berlebih-lebihan kepada orang shaleh. Konon sebelum mereka, ada orang-orang shaleh yang ahli ibadah. Ketika mereka meninggal, kaumnya sedih tiada terkira. Mereka selalu berkumpul di sekitar kuburnya untuk mengenangnya. Maka setan membisikkan pada kaum tersebut untuk membuat sesuatu yang berbentuk manusia dan dinamai seperti orang-orang shaleh tadi. Tujuan mereka tidak lain untuk mengingat para orang shaleh tadi dan menambah khusyu’ dalam ibadah mereka kepada Allah. Dan ketika berganti masa dan generasi berhala tersebut justru diibadahi dan dimintai pertolongan.

Ibnu Abbas radhiallahu’anhu ketika menafsirkan ayat,

وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَتَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَسُوَاعًا وَلاَيَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا

“Mereka berkata, ‘Janganlah kalian tinggalkan sesembahan kalian, baik itu Wadda, Suwa’a, Yaghuts, Yauq, dan Nasro.’” (QS. Nuh: 23)

Beliau berkata, “Ini adalah nama-nama orang shaleh yang hidup antara Nabi Adam dan Nabi Nuh ‘alaihissalam. Ketika mereka wafat, setan membisikkan pada kaumnya untuk membuat patung yang dinamai dengan nama orang-orang shaleh itu, kemudian diletakkan di tempat berkumpulnya kaum tersebut. Waktu itu belum diibadahi. Namun ketika kaum itu wafat dan berganti dengan keturunannya, patung-patung itu pun diibadahi karena hilangnya ilmu dari mereka.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menceritakan apa yang terjadi pada orang Nasrani yang meniru apa yang dilakukan kaum Nabi Nuh ‘alaihissalam. Beliau menjawab apa yang dilihat Ummu Salamah radhiallahu’anhu:

“Mereka adalah kaum yang apabila di kalangan mereka telah mati hamba yang shaleh atau seorang yang shaleh. Mereka membangun di atas kuburnya masjid dan membuat bentuk orang yang shaleh tadi di dalamnya. Mereka adalah sejelek-jelek makhluk di sisi Allah.” (HR. Bukhari)

Artikel www.KisahMuslim.com
 

Sample text