Mutiara Hikmah

icon

icon

Selasa, 31 Juli 2012

13 AKHLAK SALAFUSH SHOLIH

13 Akhlak Utama SalafusH Shalih Ahlus Sunnah wal Jama’ah atau Salafush Sholih (generasi terbaik dari umat Islam) bukan hanya mengajarkan prinsip dalam beraqidah saja, namun Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga bagaimanakah berakhlaq yang mulia. Itulah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya, إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاَقِ “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan baiknya akhlaq.” (HR. Ahmad 2/381, shahih) Dalam suatu hadits shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanjatkan do’a, اللّهُمَّ اهْدِنِى لأَحْسَنِ الأَخْلاَقِ لاَ يَهْدِى لأَحْسَنِهَا إِلاَّ أَنْتَ “Allahummah-diinii li-ahsanil akhlaaqi, laa yahdi li-ahsaniha illa anta (Ya Allah, tunjukilah padaku akhlaq yang baik. Tidak ada yang dapat menunjuki pada baiknya akhlaq tersebut kecuali Engkau)” (HR. Muslim no. 771). Maka sungguh sangat aneh jika ada yang mengklaim dirinya sebagai Ahlus Sunnah, namun jauh dari akhlaq yang mulia. Jika ia menyatakan dirinya mengikuti para salaf (generasi terbaik umat ini), tentu saja ia tidak boleh mengambil sebagian ajaran mereka saja. Akhlaqnya pun harus bersesuaian dengan para salaf. Namun saying seribu sayang, prinsip yang satu inilah yang jarang diperhatikan. Kadang yang menyatakan dirinya Ahlus Sunnah malah dikenal bengis, dikenal kasar, dikenal selalu bersikap keras. Sungguh klaim hanyalah sekedar klaim. Apa manfaatnya klaim jika tanpa bukti? Di antara bukti pentingnya akhlaq di sisi para salaf –Ahlus Sunnah wal Jama’ah-, mereka menjadikan masalah akhlaq sebagaiushul (pokok) aqidah dan mereka memasukkannya dalam permasalahan aqidah. Di antara ajaran akhlaq tersebut adalah: [Pertama: Selalu mengajak pada yang ma’ruf dan melarang dari yang mungkar] Ahlus Sunnah mengajak pada yang ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari kemungkaran. Mereka meyakini bahwa baiknya umat Islam adalah dengan tetap adanya ajaran amar ma’ruf yang barokah ini. Perlu diketahui bahwa amar ma’ruf merupakan bagian dari syariat Islam yang paling mulia. Amar ma’ruf inilah yang merupakan sebab terjaganya jama’ah kaum muslimin. Amar ma’ruf adalah suatu yang wajib sesuai kemampuan dan dilihat dari maslahat dalam beramar ma’ruf. Mengenai keutamaan amar ma’ruf nahi mungkar, Allah Ta’ala berfirman, كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah.” (QS. Ali Imron: 110) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيمَانِ “Barangsiapa di antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah kemungkaran itu dengan tangannya. Jika tidak mampu, hendaklah mencegahnya dengan lisan. Jika tidak mampu juga, hendaklah ia mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim no. 49) [Kedua: Mendahulukan sikap lemah lembut dalam berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar] Ahlus Sunnah wal Jama’ah berprinsip bahwa hendaknya lebih mendahulukan sikap lemah lembut ketika amar ma’ruf nahi mungkar, hendaklah pula berdakwah dengan sikap hikmah dan memberi nasehat dengan cara yang baik. Allah Ta’alaberfirman, ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS. An Nahl: 125) [Ketiga: Sabar ketika berdakwah] Ahlus Sunnah meyakini wajibnya bersabar dari kelakukan jahat manusia ketika beramar ma’ruf nahi mungkar. Hal ini karena mengamalkan firman Allah Ta’ala, وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ “Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17) [Keempat: Tidak ingin kaum muslimin berselisih] Ahlus Sunnah ketika menegakkan amar ma’ruf nahi mungkar, mereka punya satu prinsip yang selalu dipegang yaitu menjaga keutuhan jama’ah kaum muslimin, menarik hati setiap orang, menyatukan kalimat (di atas kebenaran), juga menghilangkan perpecahan dan perselisihan. [Kelima: Memberi nasehat kepada setiap muslim karena agama adalah nasehat] Ahlus Sunnah wal Jama’ah pun punya prinsip untuk memberi nasehat kepada setiap muslim serta saling tolong menolong terhadap sesama dalam kebaikan dan takwa. Hal ini karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, « الدِّينُ النَّصِيحَةُ » قُلْنَا لِمَنْ قَالَ « لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ ». “Agama adalah nasehat. Kami berkata, “Kepada siapa?” Beliau menjawab, “Kepada Allah, kepada kitab-Nya, kepada Rasul-Nya dan kepada pemimpin kaum muslimin serta kaum muslimin secara umum.” (HR. Muslim no. 55) [Keenam: Bersama pemerintah kaum muslimin dalam beragama] Ahlus Sunnah wal Jama’ah juga menjaga tegaknya syari’at Islam dengan menegakkan shalat Jum’at, shalat Jama’ah, menunaikan haji, berjihad dan berhari raya bersama pemimpin kaum muslimin baik yang taat pada Allah dan yang fasik. Prinsip ini jauh berbeda dengan prinsip ahlu bid’ah. [Ketujuh: Bersegera melaksanakan shalat wajib dan khusyu di dalamnya] Ahlus Sunnah punya prinsip untuk bersegera menunaikan shalat wajib, mereka semangat menegakkan shalat wajib tersebut di awal waktu bersama jama’ah. Shalat di awal waktu itu lebih utama daripada shalat di akhir waktu kecuali untuk shalat Isya. Ahlus Sunnah pun memerintahkan untuk khusyu’ dan thuma’ninah (bersikap tenang) dalam shalat. Mereka mengamalkan firman Allah Ta’ala, قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2) “Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam shalatnya.” (QS. Al Mu’minun: 1-2)
[Kedelepan: Semangat melaksanakan qiyamul lail] Ahlus Sunnah wal Jama’ah saling menyemangati (menasehati) untuk menegakkan qiyamul lail (shalat malam) karena amalan ini adalah di antara petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Shalat ini pun yang diperintahkan oleh Allah kepada Nabinyashallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau pun bersemangat untuk taat kepada Allah Ta’ala. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia menceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menunaikan shalat malam. Sampai kakinya pun terlihat memerah (pecah-pecah). ‘Aisyah mengatakan, “Kenapa engkau melakukan seperti ini wahai Rasulullah, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu dan akan datang?”. Beliau lantas mengatakan, أَفَلاَ أَكُونُ عَبْدًا شَكُورًا “(Pantaskah aku meninggalkan tahajjudku?) Jika aku meninggalkannya, maka aku bukanlah hamba yang bersyukur.” (HR. Bukhari no. 4837) [Kesembilan: Tegar menghadapi ujian] Ahlus Sunnah wal Jama’ah tetap teguh ketika mereka mendapatkan ujian, yaitu bersabar dalam menghadapi musibah. Mereka pun bersyukur ketika mendapatkan kelapangan. Mereka ridho dengan takdir yang terasa pahit. Mereka senantiasa mengingat firman Allah Ta’ala, إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az Zumar: 10). Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ عِظَمَ الْجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ الْبَلاَءِ وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ فَمَنْ رَضِىَ فَلَهُ الرِّضَا وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ “Sesungguhnya ujian yang berat akan mendapatkan pahala (balasan) yang besar pula. Sesungguhnya Allah jika ia mencintai suatu kaum, pasti Allah akan menguji mereka. Barangsiapa yang ridho, maka Allah pun ridho padanya. Barangsiapa yang murka, maka Allah pun murka padanya.” (HR. Tirmidzi no. 2396, hasan shahih) [Kesepuluh: Tidak mengharap-harap datangnya musibah] Ahlus Sunnah tidaklah mengharap-harap datangnya musibah. Mereka pun tidak meminta pada Allah agar didatangkan musibah. Karena mereka tidak tahu, apakah nantinya mereka termasuk orang-orang yang bersabar ataukah tidak. Akan tetapi, jika musibah tersebut datang, mereka akan bersabar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, لاَ تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ الْعَدُوِّ ، وَسَلُوا اللَّهَ الْعَافِيَةَ ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاصْبِرُوا “Janganlah kalianmengharapkan bertemu dengan musuh tapi mintalah kepada Allah keselamatan. Dan bila kalian telah berjumpa dengan musuh bersabarlah.” (HR. Bukhari no. 2966 dan Muslim no. 1742) [Kesebelas: Tidak berputus asa dari pertolongan Allah ketika menghadapi cobaan] Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak berputus asa dari rahmat Allah ketika mereka mendapati cobaan. Karena Allah Ta’alamelarang seseorang untuk berputus asa. Akan tetapi pada saat tertimpa musibah, mereka terus berusaha untuk mencari jalan keluar dan pertolongan Allah yang pasti datang. Mereka tahu bahwa di balik kesulitan ada kemudahan yang begitu dekat. Mereka pun senantiasa introspeksi diri, merenungkan mengapa musibah tersebut bisa terjadi. Mereka senantiasa yakin bahwa berbagai musibah itu datang hanyalah karena sebab kelakuan jelek dari tangan-tangan mereka (yaitu karena maksiat yang mereka perbuat). Mereka tahu bahwa pertolongan bisa jadi tertunda (diakhirkan) karena sebab maksiat yang dilakukan atau mungkin karena ada kekurangan dalam mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena Allah Ta’ala berfirman, وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri.” (QS. Asy Syura: 30). Ahlus Sunnah tidak bersandar pada sebab-sebab yang baru muncul, kejadian duniawi atau bersandar pada peristiwa-peristiwa alam ketika mendapat ujian dan menanti datangnya pertolongan. Mereka tidak begitu tersibukkan dengan memikirkan sebab-sebab tadi. Mereka sudah memandang sebelumnya bahwa takwa kepada Allah Ta’ala, memohon ampun (istighfar) dari segala macam dosa dan bersandar pada Allah serta bersyukur ketika lapang adalah sebab terpenting untuk keluar segera mendapatkan kelapangan dari kesempitan yang ada. [Keduabelas: Tidak kufur nikmat] Ahlus Sunnah wal Jama’ah begitu khawatir dengan akibat dari kufur dan pengingkaran terhadap nikmat. Oleh karena itu, Ahlus Sunnah adalah orang yang begitu semangat untuk bersyukur pada Allah. Mereka senatiasa bersyukur atas segala nikmat, yang kecil atau pun yang besar. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ “Pandanglah orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu. Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah padamu.” (HR. Muslim no. 2963) [Ketigabelas: Selalu menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia] Ahlus Sunnah selalu menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia dan baik. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا “Orang mukmin yang sempurna imannya adalah yang baik akhlaqnya.” (HR. Tirmidzi no. 1162, Abu Daud no. 4682 dan Ad Darimi no. 2792, hasan shahih) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, إِنَّ مِنْ أَحَبِّكُمْ إِلَىَّ وَأَقْرَبِكُمْ مِنِّى مَجْلِسًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنَكُمْ أَخْلاَقًا “Sesungguhnya di antara orang yang paling aku cintai dan yang tempat duduknya lebih dekat kepadaku pada hari kiamat ialah orang yang bagus akhlaqnya.” (HR. Tirmidzi no. 2018, shahih) إِنَّ الْمُؤْمِنَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَةَ الصَّائِمِ الْقَائِمِ “Sesungguhnya seorang mukmin akan mendapatkan kedudukan ahli puasa dan shalat dengan ahlak baiknya.” (HR. Abu Daud no. 4798, shahih) مَا مِنْ شَىْءٍ يُوضَعُ فِى الْمِيزَانِ أَثْقَلُ مِنْ حُسْنِ الْخُلُقِ وَإِنَّ صَاحِبَ حُسْنِ الْخُلُقِ لَيَبْلُغُ بِهِ دَرَجَةَ صَاحِبِ الصَّوْمِ وَالصَّلاَةِ “Tidak ada yang lebih berat dalam timbangan daripada akhlak yang baik, dan sesungguhnya orang yang berakhlak baik akan mencapai derajat orang yang berpuasa dan shalat.” (HR. Tirmidzi no. 2003, shahih) Semoga yang singkat ini bermanfaat. Referensi: Min Akhlaq Salafish Sholih, ‘Abdullah bin ‘Abdul Hamid Al Atsari, Dar Ibnu Khuzaimah. Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal Artikel Muslim.Or.Id

Jumat, 27 Juli 2012

BUNDA AKU JATUH CINTA

^0^ ...!!!
Ada apa sebenarnya Bunda... Denyutan nadi ini tak lagi teratur. Tatapan kosong. Sesekali nafas berat keluar begitu saja. Semua jadi serba salah. Di setiap sudut tembok dan tumpukan kertas seolah ada mata yang terus mengawasi Ananda.Ananda bingung bunda. Kata orang, ini penyakit paling berbahaya. Tidak menikam tapi melenakan. Tidak membunuh seketika tapi cukup membuat hidup tersiksa. Kata orang penyakit ini menyerang hati-hati yang kurang waspada. Mengusik ketenangan, merusak segalanya. Virus itu tak bernama, atau lebih tepat kalau dikatakan punya banyak nama, sehingga bingung harus menyebutnya apa. Seingat Ananda, kepada Kakak dulu Bunda pernah berkata, virus itu bernama cinta. Tapi Ananda lebih terkesan dengan nama merah jambu. Ya, virus merah jambu Bunda. Berbahayakah? Awalnya memang selalu tak terduga. Ananda sendiri bahkan tak sedikitpun merasa. Di tengah kesibukan beraktivitas, dia datang menyapa. Entah itu lewat tatapan mata tak sengaja, lewat merdu suara ketika bertanya atau terkadang lewat tulisan di SMS yang ada.
Apa yang harus Ananda lakukan Bunda? Di saat seperti ini Ananda ingin selalu di dekat Bunda. Bercerita dan tertawa. Ananda rindu Bunda. Rindu nasehat, rindu cerita-cerita lama. Bunda paling senang bercerita tentang Kakak ketika bayi, atau tentang paapa sewaktu muda, sambil mengelus rambut Ananda tentunya. Ananda ingat, saat papa pulang kita selalu berlomba siapa yang lebih dulu menyambutnya. Bunda selalu kalah cepat dengan Ananda atau Kakak. Mungkin karena Bunda tak lagi kuat berlari atau memang Bunda sengaja mengalah karena ingin kami terus gembira. Alangkah mulia Dikau Bunda. Ananda Rindu.Rindu masa – masa kita masih dirantau... Kini Ananda berada jauh darimu Bunda. Banyak hal yang berubah dan Ananda belum siap menghadapi perubahan itu. Terlalu cepat Bunda. Tapi apalah daya, biarlah keluhan ini Ananda sampaikan lewat tulisan ini. Begini Bunda. Sebagaimana Ananda ceritakan sebelumnya, Ananda sedang jatuh cinta. Ananda yakin Bunda tidak tertawa sebagaimana orang lain di sini menertawakan Ananda ketika mendengar hal ini. Bunda pasti bersedih atau mungkin menangis. Bunda pasti menyangka Ananda telah lupa akan nasehat Bunda, Bunda melarang berpacaran sebelum menikah. Tidak Bunda, Ananda selalu ingat. Bahkan nasehat itulah yang telah menguatkan Ananda.Ananda takut,takut keimanan Ananda luntur karena virus cinta. Bunda,.. Terkadang ada keinginan untuk berjumpa, bertutur kata dan mengatur rencana jalan bersama. Tapi ketika mengingat nasehat Bunda, juga tanggungjawab yang terlampau besar untuk bangsa dan agama, hati Ananda kembali tersadar, sedikit terpana dan berkata “Maafkan daku Bunda, Ananda tak berani. Bukan karena enggan menikahinya, tapi…. ANANDA MASIH KELAS I SMA. notte : catatan ini semoga bermanfaat bagi orang tua yang menghadapi anak yg sedang jatuh cinta. TIPS UNTUK ORANG TUA YANG ANAK REMAJANYA TENGAH JATUH CINTA : 1. Berikan pemahaman agama secara mendalam. 2. Dengarkan curhatan hatinya, jangan dibantah apalagi dicemoohkan. 3. Yakinkan anak bahwa apapun yg terjadi orang tua selalu bisa menerima mereka.Dengan begitu anak akan lebih terbuka soal dirinya termaksud pacarnya ( maaf dlm islam tdk ada kata pacar ) 4. Berikan pemahaman jika dia bisa menjadi teman yang baik. 5. Hargai kejujuran/ keterbukaan anak ke orang tua. 6. Sebaiknya orang tua mengenal keluarga teman yang“disukainya “ sehingga bisa saling berbagi informasi. 7. Kenali keluarga teman anak agar kita tahu apakah dirumah teman itu ada pengawasan yang baik. SEMOGA BERMANFAAT. PEKAYON 13 SYA’BAN 1432H Copas dari :http://www.facebook.com/tsaqifa.sph Oleh : Tsaqifah Najiyyah

Jumat, 20 Juli 2012

RAMADHAN

PROGRAM SUKSES BERSAMA RAMADHAN Sahabat, Alhamdulillah tanpa terasa kita telah berada di depan PINTU GERBANG BULAN KEMULIAAN yang didalamnya terdapat SEGALA BENTUK ENERGI KESUKSESAN, Energi Sukses Menghapus Segala Dosa , Energi Sukses Meraih, mensucikan dan mengabadikan Harta, Energi Sukses menahan nafsu menundukkan mata, Energi Sukses terbebas dari segala bentuk Krisis dan Siksa, Energi Sukses meraih Cita dan Cinta. Lalu apa saja yang harus kita lakukan agar kita SUKSES BERSAMA RAMADHAN : 1. TAU ILMU PUASA inilah hal-hal penting minimum yang harus kita ketahui supaya Puasa kita Syah dan tidak asal-asalan : a) Syarat wajibnya puasa yaitu: (1) islam, (2) berakal, (3) sudah baligh dan (4) mengetahui akan wajibnya puasa yaitu : 1) Sehat, tidak dalam keadaan sakit.(2) Menetap, tidak dalam keadaan bersafar. 3) Suci dari haidh dan nifas. b) Rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari c) Pembatal Puasa : 1. Makan minum dengan sengaja, 2. muntah dengan sengaja, 3. Datang Haidh atau nifas, 4. Sengaja orgasme, 5. Niat membatalkan puasa, 6. Bersetubuh saat waktu puasa. d) Sunah-Sunnah Puasa : 1. Mengakhirkan sahur / boleh sahur saat waktu imsak 2. Menyegerakan berbuka, 3. Berbuka dengan korma dan air, 4.memperbanyak sedekah dan ibadah. e) Puasa Yang Sia-Sia : 1.Berdusta, 2.berkata kotor dan tak berguna, 3.Melakukan segala bentuk perbuatan maksiat. f) Yang dibolehkan ketika Puasa : 1. Mandi junub waktu Fajar karena ketiduran, 2.bersiwak, 3. Berkumur-kumur dan membersihkan hidung, 4. Mencium istri ala kadarnya, 5.bekam atau donor darah, 6. Mencicipi makanan hanya diujung lidah, 7. Pakai celak dan tetes mata, 8. Mandi menyiram kepala, 9. Menelan dahak, 10. Muntah tidak sengaja, 11. Makan, minum, bersetubuh tapi lupa sedang puasa. g) Yang boleh tidak berpuasa : 1.sakit yang mengharuskan minum obat, 2.bepergian yang melelahkan, 3. Wanita hamil dan menyusui, (1,2,3 harus mengganti puasanya diluar Ramadhan ) , 4. tua renta lemah atau sakit yang tak kunjung sembuh (harus membayar Fidyah = harus dirupakan makanan dan diberikan kepada orang miskin, kalaupun berupa uang harus segera dibelikan makanan jadi senilai harga 3 kg beras atau Rp.25.000,- dibayarkan pada saat masih dalam bulan Ramadhan) h) Zakat Fitrah : Wajib bagi setiap muslim yang masih hidup sampai akhir ramadhan dan mampu membayar, harus berupa beras senilai Rp.2,5kg atau kalau berupa uang senilai Rp.25.000,- harus segera dirupakan beras ketika itu juga ) i) Sholat tarawih : 1.Waktu : setelah sholat isya’ sampai menjelang shubuh, 2.Jumlah Rakaat : 11 rakaat dengan salam setiap dua rakaat dan istirahat setiap 4 rakaat, berjama’ah bersama imam. j) I’tikaf : 1.tempatnya dimasjid, 2.lama I’tikaf tidak dibatasi, 3. Berupaya menghidupkan 10 malam terakhir bulan ramadhan untuk meraih malam 1000 bulan / Lailatul Qodar Semoga bermanfaat.

Minggu, 08 Juli 2012

BERSYUKUR ITU MENENANGKAN DAN MENGUSIR KELUH KESAH

Bersyukur itu Menenangkan dan Mengusir Keluh Kesah Sebelum engkau melangkah terlalu jauh dari negerimu Sebelum engkau memiliki cita-cita besar Sebelum engkau terlalu angkuh Sebelum engkau terlalu banyak mengeluh Hari ini kukendarai keretaku menuju suatu tempat. Melewati perempatan lampu merah yang berada tak jauh dari gang rumahku. Sebuah pemandangan yang biasa ketika kulihat seorang Bapak-bapak (maaf) yang tubuhnya tak terlihat layaknya manusia kebanyakan. Sulit bagiku menggambarkan karena dengan mengingatnya saja ada gemuruh yang tertahan dalam dada. Tapi bagiku, beliau adalah laki-laki hebat yang mungkin karena kehebatannya itulah, krna kehebatan akan ketabahannya menerima takdir yang demikian itulah yang membuat beliau menjadi salah satu laki-laki terhebat di mataku. Teman,mungkin kalau saya ataupun kita yang mengemban takdir yang beliau pikul sekarang, kita tidak akan sanggup menerimanya. Dan mungkin krna itu jugalah Tuhan tidak memberikan cobaan seperti yang beliau terima. Karena kita terlalu lemah. Karena kita tidak sekuat beliau. Kuseberangi perempatan jalan itu. Di seberang, kulihat lagi beberapa Bapak-bapak (maaf) pengemis yang tak biasanya kulihat di sana. Itu artinya semakin bertambahlah jumlah mereka yang mengharap ada rasa kasihan dan kesadaran saudara-saudaranya untuk membagi sebagian kecil rezeki yang dititipkan Tuhan kepada mereka. Wajah mereka menua. Entah memang karena umur mereka yang telah hampir mencapai puncaknya ataukah karena kerasnya hidup yang mereka lalui sehingga wajah itupun tampak lusuh dan tak sesegar seperti umur mereka yang sebenarnya. Seorang Bapak yang kuceritakan di atas, seorang Bapak yang tangannya cacat sejak lahir, seorang Bapak berpakaian lusuh dg wajah menghiba sambil membawa kotak infak, dan seorang Bapak yang hanya bisa terduduk sembari menunggu ada yang mau memberinya uang di pinggir jalan. Ya, merekalah 4 orang Bapak yang begitu berharap uluran tangan yang memberinya rezeki dari si pengguna jalan raya itu. Ada yang memberi dengan melemparkan uang itu kepada mereka. Tidak langsung ke tangan mereka, teman. Tapi uang itu dilemparkan kepada mereka dan mereka pun memungutnya di jalan itu… Allah…. T_T Teman, jika kalian diberi uang dan orang itu memberinya dengan cara melemparkannya kepadamu, bagaimana reaksimu? Saya yakin sebagian besar orang akan marah. Tapi tidak dengan mereka. Mereka memungutinya dan mengucapkan “ALHAMDULILLAH” sembari mendo’akan orang tersebut. Entahlah… Apakah karena kemiskinan hidup yang mereka tanggung dan kerasnya perlakuan yang mungkin telah setiap hari mereka dapatkan membuat mereka ikhlas diperlakukan “tidak biasa”. Bukankah mereka juga manusia seperti kita? Bukankah mereka juga memiliki perasaan? Bahkan sebenarnya manusia seperti merekalah yang lebih mudah untuk bersedih. Mereka tidak seberuntung kebanyakan orang lain dalam memperoleh harta, maka haruskah kita juga membuat mereka tidak seberuntung kebanyakan orang dalam memperoleh perhatian dan kasih sayang? Ingatlah, mereka saudara kita. Karena sesungguhnya kita dan mereka ibarat satu tubuh yang seharusnya jika satu bagian terluka, yang lain juga ikut merasakannya. Teman,kadang saat kita sakit, kita juga sering mengeluh. “Kenapa saya harus menanggung penyakit ini? Saya tidak sanggup”. Banyak lagi kalimat-kalimat yang menunjukkan keluhan kita saat sebuah penyakit menjadi satu cobaan yang diberikan kepada kita. Padahal, jika kita sakit, kita masih beruntung karena masih bisa dan memiliki biaya untuk berobat ke sana ke mari. Kita masih bisa memilih tempat-tempat dan obat-obat terbaik untuk mengobati penyakit kita. Kita masih bisa meminta ini dan itu bermanja pada orang tua, kerabat, sahabat, ataupun teman untuk melepas keinginan dan selera kita di kala sakit itu. Masih ada yang menjenguk dan memperhatikan. Masih ada yang mengkhawatirkan kita. Tapi mereka? jangankan orang lain, mungkin mereka sendiripun tidak peduli lagi penyakit apa yang mereka derita. Bukan karena mereka dzalim terhadap diri mereka sendiri, tapi karena itulah, karena terlalu banyak beban dan derita yang harus mereka pikul. Jika harus mengeluh lagi, itu hanya akan memperpanjang daftar keluhan mereka, hanya akan memperpanjang riwayat masalah mereka. Apakah akan usai? Tidak…karena mereka begitu sadar bahwa hidup mereka tidak akan berubah dengan mengeluh dan mengeluh.
Ah…… Ingin rasanya memeluk mereka. Tapi, andaikan diri duduk di sampingnya, bukan mereka yang akan menangis. melainkan AKU. Karena si “AKU” terlalu lemah. Bahkan jauh lebih lemah dari mereka siempunya dan menanggung nasib itu……… Teman, jika hari ini kita ingin mengeluh dengan sakit yang kita derita, ingatlah bahwa masih banyak saudara kita yang mungkin lebih parah dari kita. Di luar sana mungkin ada dari mereka yang tengah dalam kondisi lemah terbaring di atas tempat tidur rumah sakit atau bahkan berada dalam keadaan sakaratul maut. “Na’udzubillah… Jika hari ini kita mengeluh dengan pekerjaan yang telah kita dapat, ingatlah bahwa di luar sana msh banyak saudara kita yang berjuang dalam tapak demi tapak utk memperoleh pekerjaan. Menapaki langkah hanya untuk mengumpulkan uang demi mengisi perut hari ini, esok, dan esoknya lagi… Jika hari ini kita mengeluh kedinginan hanya krna tidak memiliki selimut, ingatlah ketika di luar sana banyak saudara kita yang bahkan tidak memiliki tempat berteduh dari dinginnya hujan dan udara yang mencekam tubuhnya. Bayangkanlah ketika mereka hanya bisa duduk di antara toko-toko sembari memeluk lutut dengan tubuh yang menggigil kedinginan… Jika hari ini kita masih mengeluh, berjalanlah keluar sana, peluklah tubuh itu atau sekedar pandangilah ia, semoga kita bisa lebih bersyukur karenanya… Amiin. Semoga bermanfaat. Read more: http://www.resensi.net/bersyukur-itu-menenangkan-dan-mengusir-keluh-kesah/2012/07/#ixzz205a3C8A9
 

Sample text