Mutiara Hikmah

icon

icon

Jumat, 10 Agustus 2012

LAGI PUASA, HAUS BANGET.,..,!!!

Kesehatan: Haus Saat Puasa, Dehidrasi Tidak Ya? Lapar dan haus memang merupakan bagian tak terpisahkan dari berpuasa, terlebih pada musim panas alias kemarau. Menjelang tengah hari, kerongkongan biasanya sudah mulai ‘seret’ dan bibir pun terasa kering. Kantuk dan lemas juga mulai terasa intens. Hmm..apakah ini sekedar kehausan biasa, ataukah sudah termasuk dehidrasi?
Apa sich yang dimaksud DEHIDRASI? Pengertian Dehidrasi. Dehidrasi merupakan suatu kondisi dimana tubuh mengalami kekurangan cairan yang signifikan, dan pada beberapa kondisi, kekurangan elektrolit. Dehidrasi terjadi ketika jumlah cairan yang diasup lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah cairan yang dikeluarkan oleh tubuh. Dehidrasi dapat disebabkan oleh pengeluaran cairan tubuh yang meningkat, kurangnya asupan cairan, maupun kombinasi keduanya. Selain itu, pada dasarnya tubuh manusia mengalami kehilangan cairan terus-menerus, baik melalui tinja, urin, dan melalui kulit (keringat) serta paru-paru- yang disebut dengan insensible water loss (IWL). IWL ini sendiri bisa mencapai 650-850 mL/ hari, pada dewasa dengan berat tubuh 70 kg. Perlu diingat bahwa anak kecil lebih mudah mengalami dehidrasi karena komposisi air dalam tubuhnya lebih besar dibanding orang dewasa, sehingga kehilangan air akan berdampak signifikan. Dehidrasi dan Konsentrasi. Dehidrasi dapat dikategorikan menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Dehidrasi ringan ditandai oleh timbulnya rasa haus, selaput lendir tubuh seperti mulut bagian dalam yang sedikit mengering, dan volume urin yang sedikit berkurang. Dehidrasi sedang dicirikan diantaranya oleh mukosa mulut yang kering, volume urin sangat berkurang bahkan tidak ada, kelemahan yang berat, dan denyut jantung menjadi lebih cepat (lebih dari 100 kali menit pada dewasa). Adapun dehidrasi berat dapat diketahui dari gejala dehidrasi sedang yang menetap disertai denyut nadi yang cepat dan lemah, hipotensi, nafas cepat, dan tanda-tanda renjatan (shock). Hilangnya atau sulitnya berkonsentrasi, kepala pusing, dan emosi mudah tersulut tanpa adanya sebab yang jelas, juga merupakan tanda awal tubuh kekurangan cairan. Pada kondisi tidak berpuasa, maka gejala ini merupakan ‘sinyal’ bahwa tubuh memerlukan tambahan cairan segera, dan lebih baik cairan tersebut berupa air bening tanpa tambahan apapun. Apakah Puasa Berpeluang Menyebabkan Dehidrasi? Kurangnya cairan tubuh saat berpuasa memang terjadi, sehingga gejala dehidrasi ringan akan timbul. Namun jika tubuh memang tidak dipaksakan berada dalam kondisi berat, maka dehidrasi lebih lanjut sangat jarang terjadi. Beberapa kondisi yang dapat mempercepat hilangnya air dari dalam tubuh antara lain: - Berjemur di bawah terik matahari, terlebih tanpa pelindung. - Pekerja berat seperti pemecah batu, tukang bangunan, kuli barang, yang pekerjaannya dilakukan terus menerus tanpa henti sejak pagi hingga petang. - Berolahraga berat, meskipun di dalam ruangan. - Berkendara terus menerus. Diantara cara menyiasati agar terhindar dari dehidrasi saat puasa adalah: - Sahur di akhir, dan berbuka di awal waktu. Sunah yang mulia ini sangat membantu tubuh untuk terhindar dari kelemahan dan kehausan berlebih saat berpuasa. - Konsumsi air putih yang cukup selama waktu berbuka puasa dan sahur, minimal 8 gelas per harinya (2 L). - Konsumsi buah kaya kandungan air saat berbuka atau sahur, seperti jeruk, semangka, dan pir. - Menghindari terik matahari atau terlampau banyak aktivitas di luar ruangan. Jika harus beraktivitas di terik matahari, carilah jeda untuk berteduh dan mendinginkan tubuh beberapa kali sepanjang hari. - Menghindari olahraga berat saat berpuasa. Olahraga ringan semisal jalan kaki atau jogging singkat tidaklah mengapa, justru dapat membantu melancarkan peredaran darah tubuh khususnya di pagi hari, sehingga tidak mudah mengantuk. - Menghindari atau mengurangi beban kerja saat puasa, yakni bagi mereka yang berprofesi sebagai tenaga kerja berat. - haus atau kepanasan yang sangat melanda, maka dapat dikurangi dengan menyiramkan air ke kepala dan tubuh, atau membasahi kain untuk digunakan di tubuh, Sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dalam hadits berikut ini, dari sebagian sahabat beliau -shallallahu ‘alaihi wa sallam: لَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْعَرْجِ يَصُبُّ عَلَى رَأْسِهِ الْمَاءَ وَهُوَ صَائِمٌ مِنْ الْعَطَشِ أَوْ مِنْ الْحَرِّ “Sungguh aku melihat Rasulullaah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada siang hari menuangkan air ke atas kepala beliau dalam keadaan berpuasa karena kehausan atau kepanasan.” (HR. Abu Dawud no.2365, dan Ahmad (5/376, 380, 408, 430), sanadnya shohih) Semoga kita menjadi semakin bersemangat dalam menjalani sisa puasa Ramadhan ini dan meraih janji pahala yang berlimpah dari Allah Ta’ala. Referensi: The Merck Manual Professional Edition 2012. www.webmd.com Shifatu Shaumi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam fii Ramadhan.” Salim bin Ied Al Hilaly dan ‘Ali Hasan ‘Ali Abdil Hamid. cetakan ke 6. Daar Ibn Hazm: 1417 H Ditulis oleh dr. Hafidz N (Pengasuh Rubrik Kesehatan KonsultasiSyariah.com) Semoga bermanfaat. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Sample text