Panduan Kebangkitan Islam Syaikh 'Utsaimin 73-81
ORIENTASI SYABABUSH SHAHWAH
Tidak Diperbolehkan Bagi Seseorang Berbicara Tentang Agama Tanpa
Ilmu
73. Nasihat
apa yang diberikan kepada kaum supaya mereka menegakkan dakwah Ilallah dengan
mendatangi serta mengajaknya kemasjid, sebagian dari mereka tidak mengerti ilmu
sedikitpun?
Adapun
metode meng-ishlah yang tepat adalah melihat
dan mengikuti dengan media(perantara) yang sesuai selama media itu
bukanlah sesuatu yang dilarang, karena media terbatas dengan dzatnya dan tidak
disebut sebagai hukum, tetapi pada media itu adanya adalah ahkamul
maqasid(maksud dari hukum) tersebut.
Adapun
media yang terlarang tidaklah diperbolehkan mengikutinya, seperti; seseorang
yang menjadikan menari dan menyanyi sebagai media untuk mengumpukan manusia,
kemudian mengajak mereka kepada Allah, karena yang seperti itu adalah haram dan
tidak bermanfaat, karena Allah tidak menjadikan obat bagi umat dari apa-apa
yang diharamkannya.
Maka
perantara dalam berdakwah kepada Allah adalah sesuatu yang diperbolehkan selama
itu bukan perkara yang dilarang, karena media perantara pada batasan dzatnya
bukanlah termasuk ibadah tetapi metode untuk mencapai tujuan yang dimaksud,
seperti; mengunjungi masyrakat, membacakan Al Quran kepada meraka dan apa-apa
yang mudah dari hadits-hadits Rosulullah dan mengeluarkan meraka dengannya bersama mereka untuk
mengajari dan mencerdaskan mereka maka hal ini adalah kebaikan tanpa diragukan
lagi.
Dengan
sebab itulah, tidak diperbolehkan seseorang berbicara tentang agama tanpa ilmu.
Sebagaimana firman Allah;
قُلْ
إِنَّمَا حَرَّمَ رَبِّيَ الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَالْإِثْمَ
وَالْبَغْيَ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَأَنْ تُشْرِكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ
سُلْطَانًا وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ } [الأعراف: 33
33. Katakanlah: "Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang
keji, baik yang nampak ataupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar
hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengharamkan)
mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui."(Q.S. Al A’raf: 33)
Juga
firman Allah;
{وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ
عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء: 36]
36. dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Q.S. Al Isra’: 36)
Ibnu ‘Abbas menjelaskan bahwa [walaa taqfu] artinya [walaa taqul]
(jangan berkata).
Ibnu Katsir menerangkan ayat di atas berkata:
“Sesungguhnya
Allah melarang perkataan tanpa ilmu, juga perkataan dengan dhan (persangkaan).”
Itu semua adalah sangat sesuai, lebih di sukai dan sebagai
peringatan, karena kebanyakan dari da’i mereka menyampaikan hadits-hadits yang
tidak jelas asalnya dalam ceramah meraka. Diantaranya hadits dho’if, maupun
hadits maudhu’, mereka berdakwah dengan begitu bertujuan memikat manusia dengan
hadits-hadits tersebut, dan itu adalah termasuk kesalahan yang besar. Sedangkan
masih banyak hadits-hadits shohih dari Rosul Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, juga
dalil dari kitabullah, maka dari itu kita tinggalkan menggunakan hadits-hadits
yang maudhu’ dan dho’if.
Sebagai seorang da’i harus selalu jujur dalam menyampaikan risalah
dakwah dengan cara menyampaikan yang sesuai dengan apa yang dibawa oleh
Rasulullah. Jujur adalah sifat yang harus dimiliki oleh semua orang terkhusus
lagi bagi seorang da’i, dan Rasul-pun mewajibkan kepada ummatnya untuk selalu
berlaku jujur sebagaimana sabdanya yang diriwayatkan dari ‘Abdullah ibnu
Mas’ud;
وعن
عبد الله بن مسعود قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : " عليكم بالصدق فإن
الصدق يهدي إلى البر وإن البر يهدي إلى الجنة وما يزال الرجل يصدق ويتحرى الصدق حتى
يكتب عند الله صديقا . وإياكم والكذب فإن الكذب يهدي إلى الفجور وإن الفجور يهدي إلى
النار وما يزال الرجل يكذب ويتحرى الكذب حتى يكتب عند الله كذابا " . متفق عليه
“Wajib bagi
kalian untuk bersikap jujur, kerana kejujuran akan membawa kepada
kebaikan, dan kebaikan itu akan membawa ke syurga. Apabila seseorang terus
menerus bersikap jujur dan berusaha untuk sentiasa jujur maka di sisi Allah dia
akan dicatat sebagai orang yang Siddiq. Dan jauhilah kedustaan, kerana
kedustaan itu akan membawa kepada kefajiran,
dan kefajiran akan menjerumuskan ke dalam neraka. Apabila seseorang terus
menerus berdusta dan mempertahankan kedustaannya maka di sisi Allah dia akan
dicatat sebagai seorang pendusta.”(Muttafaqun ‘Alaih).