Dalam berda’wah selalu saja ada
lika-liku perjalanan yang dihadapi, baik itu berupa problem yang harus
diselesaikan maupun dukungan yang kurang kuat dalam menyokong da’wah
tersebut.
Persoalan yang kita hadapi
sekarang adalah tantangan da’wah yang semakin hebat, baik yang bersifat
internal maupun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk
kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam mendapatkan hiburan
(entertainment), kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka
peluang munculnya kerawanan-kerawanan moral dan etika. Kerawanan moral dan
etik itu muncul semakin transparan dalam bentuk kemaksiatan karena disokong
oleh kemajuan alat-alat teknologi informasi mutakhir seperti siaran televisi,
keping-keping VCD, jaringan Internet, dan sebagainya. Kemaksiatan itu
senantiasa mengalami peningkatan kualitas dan kuantitas, seperti maraknya
perjudian, minum minuman keras, dan tindakan kriminal, serta menjamurnya
tempat-tempat hiburan, siang atau malam, yang semua itu diawali dengan
penjualan dan pendangkalan budaya moral dan rasa malu.
|
Minggu, 24 Februari 2013
PROBLEMATIKA DA'WAH MASA KINI
Minggu, 17 Februari 2013
MAKNA RAHMATAN LIL'ALAMIN
MAKNA
RAHMATAN LIL ‘ALAMIN
(Telaah
QS Al-Anbiya`(21):107)
MAKALAH PENELITIAN
Disusun
untuk Menyelesaikan Tugas Perkuliahan
Mata
Kuliah Reading Course
Oleh:
Abu Syuja' Al Ishlahy
SEKOLAH TINGGI ILMU DA’WAH(STID) MOHAMMAD
NATSIR JAKARTA
1434 H / 2013 M
MOTTO:
RASULULLAH (SHALLALLAHU ‘ALAIHI WASALLAM) ADALAH RAHMAT BAGI SELURUH ALAM
{وَمَا
أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ} [الأنبياء: 107]
“ dan Tiadalah
Kami mengutus kamu(Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta
alam”.( Q.S Al Anbiya’: 107)
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahiim
Segala puji hanya bagi
Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan nikmat beserta karunianya,
memberi nikmat iman islam, sehingga kita bisa merasakan halawatal iman(maisnya
iman), dan nikmat sehat beserta kesempatan kepada kita, sehingga kita bisa
beraktifitas dengan penuh semangat maksimal.
Shalawat dan salam tetap
tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam yang telah
mendakwahkan ajaran agama islam ini hingga sampai kepada kita, sehigga kita
bisa membedakan yang haq dan yang bathil, kepada keluarga beliau yang thayyibiin
ath thahiriin, dan para sahabatnya yang bergelar Radhiyallahu ‘Anhum,
serta kepada orang-orang yang selalu mengikuti petunjuk beliau dengan ihsan
sampai hari kiamat. Amma Ba’du.
Alhamdulillah, penulis
ucapkan rasa syukur kepada Allah karena karya tulis ini bisa diselesaikan
dengan pertolongan-Nya dan penuh dengan perjuangan, walaupun masih banyak sekali
kekurangan yang mana hal itu adalah semata-mata karena kekurangan ilmu dari
penulis sendiri. Maka tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1.
Ust. Imam Taufiq. M.Pd.I yang dengan
sabar mendidik dan membimbing kami dalam mengerjakan tugas reading course ini,
sehingga karya ini bisa terselesaikannya.
2.
Abi wa Ummi(Almarhum) yang selalu
menjadi inspirasi dalam membangkitkan semangat untuk menuntut ilmu dan selalu
berjuang di medan dakwah ilallah ini.
3.
Saudara-saudaraku yang selalu membantu
baik dari segi moril maupun materi.
4.
Dan tak lupa seluruh asatidzah juga teman-teman
mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah(STID) Mohammad Natsir, yang selalu
membantu dengan memberi semangat dan dorongan dalam belajar di kampus dakwah
ini, semoga semuanya dicatat sebagai mizanul hasahah dihadapan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Amiin.
Dan yang terakhir penulis berdo’a kepada Allah Subhanahu
wa Ta’ala semoga karya yang singkat ini bisa bermanfaat, khususnya bagi penulis
sendiri, umumnya bagi pembaca yang budiman dan seluruh kaum muslimin. Amiin.
Abu Syuja' Al Ishlahy
Daftar Isi
Halaman Judul.........................................................................................................
Motto.......................................................................................................................
Kata pengantar.........................................................................................................
Daftar Isi..................................................................................................................
BAB I......................................................................................................................
Pendahuluan.............................................................................................................
A. Latar Belakang Masalah...............................................................................
...... B. Rumusan Masalah........................................................................................
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................
...... D. Kegunaan Penelitian....................................................................................
E. Sumber Data................................................................................................
...... F. Sisitematika
Penulisan..................................................................................
BAB II....................................................................................................................
Surat Al Anbiya’(21): 107.........................................................................................
A.Lafal dan Arti...............................................................................................
...... B. Khithab (Arah
Pembicaraan) Ayat...............................................................
C. Makna Rahmatan Lil ’Alamin......................................................................
...... 1.
Dari Tinjauan Kamus...............................................................................
...... 2.
Dari Tinjauan Kitab Tafsir.......................................................................
a) Tafsir Rahmatan ............................................
b) Tafsir Al ‘Alamin...................................................................................
BAB III...................................................................................................................
Analisis.......................................................................................................................
A. Analisis Makna Rahmatan...........................................................................
...... B. Analisis Makna Al
‘Alamin...........................................................................
BAB IV...................................................................................................................
Penutup......................................................................................................................
A. Kesimpulan..................................................................................................
...... B. Saran.............................................................................................................
Daftar Pustaka.........................................................................................................
SHALAT BERJAMA'AH
SHALAT BERJAMA’AH
Oleh: Abu Syuja' Al Ishlahy
A.
Pendahuluan
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala
Rasulillah wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’ain.
Sungguh prihatin melihat kondisi umat Islam saat
ini. Jika kita sedikit memalingkan pandangan ke masjid-masjid, kita akan
menyaksikan bahwa rumah Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang ada sangat sedikit
sekali dihuni oleh jama’ah ketika mu’adzin mengumandangkan hayya ‘ala shalah.
Maka,
berlatar belakang inilah, dalam makalah yang ringkas ini kami berusaha
memberikan sedikit penjelasan tentang shalat berjama’ah,
keutamaannya serta hukum orang yang
meninggalkan shalat ber jama’ah dan kami berusaha menghasung setiap orang yang membaca tulisan
ini untuk melakukan shalat berjama’ah.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala selalu memberi hidayah dan taufik-Nya kepada kita
sekalian. Amiin.
B.
Problem
Masyarakat dalam Memahami Makna Berjama’ah
Di era yang
penuh fitnah ini banyak masyarakat yang salah dalam memahami makna jama’ah,
sehingga menyebabkan salahnya dalam menyikapi hidup antar jama’ah. Ada
diantaranya ta’asub dan ghuluw dengan jama’ahnya, ada pula yang meremehkan
masalah jama’ah. Sehingga ketika memasuki persoalan shalat berjama’ah, kita
sering dapati di beberapa daerah yang memiliki satu masjid, tetapi ketika
menunaikan sholat, penduduk di dalamnya akan mengadakan shalat berjama’ah
sendiri-sendiri sesuai jama’ah(kelompok) yang mereka ikuti. Kelompok A, hanya
akan shalat setelah selesainya kelompok B menunaikan shalat berjama’ah, begitu
juga sebaliknya. Dan itu di lakukan dalam satu masjid di satu daerah, dari
sikap ta’asub pula yang menyebabkan banyaknya masyarakat yang berlomba-lomba
dalam membangun masjid sampai-sampai dalam satu kampung ada tiga masjid yang
semuanya dipakai shalat jum’at.
CONTOH ORGANISASI
QUDWATUL
HASANAH(QUWAH)
“TELADAN
YANG BAIK”
Oleh: Ibnu Abdul Qodir Al Ishlahy
A.
Latar
Belakang
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam
yang telah memberikan nikmat iman dan islam kepada kita, shalawat beserta salam
kita haturkan kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan para
sahabatnya yang telah mendakwahkan risalah islam sehingga kita bisa mengetahui
antara yang haq dan bathil, serta kepada para orang-orang yang selalu istiqamah
mengikuti jejak mereka sampai hari kiamat. Amma Ba’du.
Negara indonesia adalah negara yang
terkenal dengan mayoritas penduduk muslimnya, bahkan sejarah membuktikan bahwa
kaum muslimin lah yang mengusir penjajah berkat rahmat Allah Subhanahu wa
Ta’ala. Dengan penduduk mayoritas muslim indonesia di tumbuhi banyak sekali
ormas-ormas islam yang bergerak dengan visi dan misi masing-masing. Maka saya
memandang perlu mendirikan organisasi yang bergerak khusus di bidang dakwah dan
bimbingan masyarakat kepada Allah, dengan harapan bisa terciptanya masyarakat
islami yang mengamalkan Al Quran dan As Sunnah sesuai dengan pemahaman salaf
ash shalih.
Organisasi ini turut berperan di
masyarakat dalam membimbing dan memberikan contoh(teladan) kepada masyarakat
tentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wasallam dan
lebih banyak berdakwah dengan bil hikmah dan mau’idhatil hasanah. Selain itu
pula juga berperan dalam progam kaderisasi umat sebagai langkah kongkret dalam
memperjuangkan agama islam ini.
Jumat, 15 Februari 2013
PESAN DA’WAH DIBALIK KISAH PERANG UHUD
PESAN DA’WAH DIBALIK KISAH PERANG UHUD
Oleh: Ibnu Abdul Qodir Al Ishlahy
A.
Latar Belakang
Kisah sebelum terjadinya perang uhud ini adalah bermula dari perang
badar yang mana merupakan pertempuran yang sangat penting antara kaum Musyrikin
Quraisy dengan kaum Muslimin, yang mana peperangan ini dimenangkan secara
muthlak di pihak kaum muslimin, padahal kaum musyrikin lebih diunggulkan dalam
peperangan ini. kemenangan ini bisa di saksikan seluruh bangsa arab atas
keunggulan kaum muslimin. Ada pihak lain yang melihat keperkasaan kaum muslimin
sehingga mereka menganggap bahwa ini adalah ancaman besar bagi posisi agama dan
perekonomian mereka. Mereka adalah kaum yahudi. Setelah kemenangan kaum
muslimin pada perang badar, kedua golongan ini merasa terbakar api kebencian
dan kedengkian terhadap kaum muslimin. Dalam hal ini Allah berfirman:
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا
82.
Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik...(Q.S Al Maidah:
82)
Pelajaran: Hal ini
mengingatkan kita, bahwa dalam memperjuangkan dan menegakkan agama Allah
sangatlah berat dan banyak rintangannya, serta musuh-musuh da’wah selalu
berusaha untuk merintangi dan menggagalkan gerakan da’wah yang kita tempuh ini.
Diantara musuh-musuh da’wah yang perlu kita waspadai adalah orang-orang yahudi,
nasrani dan orang-orang musyrik yang mereka tidak akan pernah ridha dengan
jalan yang kita tempuh ini sehingga kita mengikuti agama mereka sebagaimana
yang Allah sebutkan dalam firman-Nya Q.S Surat Al Baqarah Ayat 120, yang artinya;
“orang-orang
Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama
mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah Itulah petunjuk (yang
benar)". dan Sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah
pengetahuan datang kepadamu, Maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan
penolong bagimu”.
B.
Persiapan Kaum Quraisy untuk Perang Pembalasan
Kaum musyrikin yang dipimpin oleh Abu Sufyan melakukan persiapan
sebelum mereka menyerang kaum muslimin, diantaranya adalah mereka mempersiapkan
perbendaharaan hingga terkumpul seribu(1000) unta dan limapuluh ribu(50.000)
dinar. Berkaitan dengan peristiwa ini, Allah Menurunkan ayat:
لِيَمِيزَ اللَّهُ الْخَبِيثَ مِنَ الطَّيِّبِ وَيَجْعَلَ الْخَبِيثَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَيَرْكُمَهُ جَمِيعًا فَيَجْعَلَهُ فِي جَهَنَّمَ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ (37)
36.
Sesungguhnya orang-orang yang kafir menafkahkan harta mereka untuk menghalangi
(orang) dari jalan Allah. mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi
sesalan bagi mereka, dan mereka akan dikalahkan. dan ke dalam Jahannamlah
orang-orang yang kafir itu dikumpulkan.(Q.S Al Anfal: 36)
Pelajaran: yang bisa
kita ambil dari peristiwa ini adalah, bahwa musuh-musuh islam selalu berusaha
untuk merintangi tersebar dan berkembangnya agama ini. Sehingga mereka pun
berlomba-lomba menginfaqkan harta mereka, bahkan mereka juga memerangi agama
ini dengan mengangkat senjata secara langsung
di medan perang. Dan dalam memerangi islam mereka tidak asal-asalan,
tetapi mereka sudah mengadakan persiapan yang matang dan menggunakan banyak
strategi. Untuk itu kita diperintah untuk selalu bersiap menghadapi mereka,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ
الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ
دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ
فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ
60. dan siapkanlah untuk
menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang
ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh
Allah dan musuhmu dan orang orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya;
sedang Allah mengetahuinya. apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah
niscaya akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan)(Q.S. Al Anfal: 60).
Pelajaran: Dari ayat ini
bisa kita ketahui bahwa untuk menghadapi kaum musyrikin, kita kaum muslimin
juga perlu adanya persiapan sehingga kita bisa mengalahkan kaum musyrikin
ataupun musuh-musuh islam. Selain itu kita juga perlu pendukung dari bidang
finansial, jadi kaum muslimin juga perlu berkorban harta, jiwa dan raga dalam
memperjuangkan Din ini. Hal ini secara jelas menggambarkan bahwa
perjalan da’wah tidaklah mudah sebagaimana membalikkan telapak tangan, yang
mana perjalanan da’wah ini perlu adanya perjuangan yang gigih dan pengorbanan
yang tidak sedikit.
C.
Kekuatan Pasukan Quraisy
Setelah mereka mengadakan persiapan genap satu tahun, dan merasa
persiapan mereka benar-benar sudah matang. Tidak kurang dari tiga ribu prajurit
Quraisy bersatu dengan sekutu-sekutunya dan kabilah-kabilah kecil. Para
pemimpin Quraisy membawa juga para wanita karena dianggap bisa memompa semangat
mereka.
Mereka menggunakan hewan pengangkut dalam peperangan ini sebanyak
tiga ribu unta. Penunggang kudanya sebanyak dua ratus, sedangkan pasukan yang
dilengkapi dengan baju besi sebanyak tujuh ratus orang. Komando tertinggi
dipegang oleh Abu Sufyan bin Harits, Komandan pasukan penunggang kuda dipimpin
oleh Khalid bin Walid dengan Ikrimah bin Abu Jahal sebagai asistennya.
Sedangkan bendera perangnya diserahkan kepada Bani Abdud Dar.
Setelah itu, mereka-pun merasa persiapan sudah cukup dan pasukan Quraisy
mulai berangkat menuju Madinah dengan keadaan hati yang bergejolak oleh api
kebencian dan dendam yang siap meledak.
Pelajaran: Dengan
mengetahui kekuatan lawan kita bisa memperkirakan kemampuan yang kita miliki
dalam menghadapi musuh. Selain itu juga di zaman sekarang ini bagi kita seorang
da’i harus mengetahui mad’u yang kita hadapi, sehingga bisa menda’wahkan dengan
tepat dan langkah apa yang pertama kali harus ditempuh dalam menda’wahi mad’u.
Langganan:
Postingan (Atom)